Proses Sosialisasi Sebagai Pembentuk Kepribadian
Proses Sosialisasi
Sebagai Pembentuk Kepribadian
Manusia selalu melakukan interaksi
dengan yang lainnya. Di mana interaksi tersebut akan dilakukan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan demikian, dalam kehidupan juga
terjadi proses sosialisasi.
Adanya proses sosialisasi ini akan memengaruhi kepribadian
seseorang.
a.
Pengertian sosialisasi .
Sosialisasi adalah prose pembelajaran Individu untuk
menjalankan peran dan statusnya sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat. Untuk melakukan proses sosialisasi harus ada keaktifan dari
individu untuk bergabung ke dalam suatu komunitas kelompok atau masyarakat.
Keaktifan itu dapat dengan belajar dan penyesuaian diri. Agar dapat
bersosialisasi dengan baik belajarlah dari lingkungan di sekitar, lingkungan
keluarga, atau lingkungan masyarakat. Sosialisasi dilakukan bukan tanpa tujuan.
Tujuan sosialisasi. antara lain:
1) Memberikan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat.
2) Mengembangkan kemampuan seseorang
agar dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.
3) Menanamkan nilai-nilai dan norma
bertingkah laku sesuai dengan nilai, norma, dan kepercayaan yang ada pada
masyarakat.
4) Untuk memahami peranan dan status
sosial masing-masing.
Fungsi sosialisasi ialah mempelajari peran. Setiap anggota
baru masyarakat harus mempelajari peran-peran yang ada dalam masyarakat. Oleh
karenanya dalam bersosialisasi, seseorang harus memerhatikan status dan peran
setiap individu dalam masyarakat. Di mana dengan mengetahui status dan peranan
seseorang, maka akan memudahkan seseorang untuk bersosialisasi. Tahukah Anda
apa itu peran dan status sosial?
Berikut akan dijelaskan mengenai peran dan status sosial.
1) Status sosial
Status berarti tempat/posisi seseorang di dalam suatu pola
tertentu. Jadi, status sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat
(pergaulannya, wibawanya, dan hak-haknya, serta kewajibannya).
Status sosial dapat dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut.
a) Ascribed status
Ascribed status, yaitu status seseorang yang
diperoleh secara otomatis berdasarkan kelahiran/turun-temurun. Misalnya, Pangeran Charles adalah
seorang putra mahkota karena terlahir sebagai anak pertama Ratu Inggris, dan
Diponegoro adalah seorang pangeran karena dia terlahir sebagai putra Sultan
Hamengkubuwana Ill.
b)
Achieved status
Achieved status, yaitu status yang dicapai
seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Juara kelas diraih setelah seseorang
belajar dengan giat.
c)
Assigned status
Assigned status, yaitu status atau kedudukan yang
diberikan kepada seseorang yang telah berjasa kepada masyarakat. Misalnya, Drs. Moh Hatta sebagai
Bapak Koperasi Indonesia.
2) Peran sosial
Peran adalah tingkah laku yang
diharapkan dari seseorang sesuai dengan status kedudukan yang dimilikinya. Peran sosial merupakan aspek
dinamis.dari status atau kedudukannya.
Peran sosial mencakup tiga hal, yaitu:
a) Peran sosial meliputi norma-norma
yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.
b) Peran sosial merupakan suatu konsep
tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai
organisasi.
c) Peran sosial merupakan perilaku
individu yang penting bagi struktur social masyarakat
b. Kaitan sosialisasi dan kepribadian
Kepribadian seseorang tidak terjadi begitu saia melainkan
melalui proses yang panjang. Proses tersebut melibatkan orang lain dalam bentuk
interaksi sosial atau sosialisasi baik dalam keluarga maupun masyarakat yang
lebih luas Menurut Soerjono Soekanto
kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan lain-Iain.
Sifat yang khas dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang
tadi berhubungan dengan orang lain. Kepribadian seseorang diperoleh melalui
proses sosialisasi sejak ia dilahirkan. Kepribadian setiap individu dalam satu
masyarakat akan berbeda dengan kepribadian individu lainnya. Hal itu terjadi
karena ada beberapa faktor yang menentukan kepribadian seseorang.
Faktor yang menentukan kepribadian seseorang, yaitu:
1) Faktor keturunan (warisan biologis).
2) Faktor lingkungan alam (geografis).
3) Faktor lingkungan kebudayaan.
4) Faktor lingkungan sosial.
Proses sosialisasi yang dilakukan oleh manusia tidak dapat
dilakukan secara langsung. Karena manusia tumbuh dan berkembang secara
bertahap, sehingga proses sosialisasi yang dialami juga bertahap. Tahapan yang
dilakukan oleh manusia selama hidupnya akan saling berkaitan. Dalam prosesnya
akan terdapat berbagai tahapan sosialisasi yang saling terkait hingga
terbentuklah kepribadian seseorang.
Adapun tahapan yang harus dilakukan manusia dalam pembentukan
kepribadian, sebagai berikut.
1) Tahap persiapan (preparatory stage)
Tahap persiapan merupakan tahap persiapan bagi manusia untuk
mengenali diri dan lingkungan sekitarnya dan tahap ini terjadi ketika manusia
dilahirkan. Dalam tahap ini, lingkungan keluargalah yang sangat berperan.
2) Tahap bermain (play stage)
Tahap bermain merupakan tahap di mana kemampuan anak dalam
berempati terhadap orang lain semakin meningkat. Pada tahap ini anak-anak mulai
mampu menirukan beberapa peran orang dewasa secara relatif sempurna. Misalnya
anak mulai bermain polisi-polisian, perang-perangan, bercakap-cakap dengan
boneka, dan lain sebagainya. Dalam tahap ini anak memerlukan tigur-flgur yang
dianggap sangat berarti (signincant other) agar dapat belajar tentang sistem
nilai dan sistem norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
3) Tahap siap bertindak (game stage)
Tahap siap bertindak, yaitu suatu tahap di mana anak mulai
sadar bahwa dirinya merupakan bagian dalam sistem kehidupan sosial sehingga
proses peniruan semakin berkurang dan digantikan oleh permainan yang diperankan
secara sadar. Pada tahap ini, anak juga mulai siap untuk berpartisipasi aktif
dalam kehidupan masyarakat.
4) Tahap penerimaan norma kolektif
(generalized other)
Tahap penerimaan norma kolektif, merupakan suatu tahap
seseorang mulai dewasa dan mulai mampu memosisikan dirinya dengan baik dalam
kehidupan masyarakat luas. Dalam tahap ini, sistem nilai dan sistem norma mulai
membentuk sistem kepribadian sehingga seseorang mulai paham terhadap segala
konsekuensi sebagai anggota keluarga, anggota masyarakat, penganut agama, dan
sebagai warga negara yang baik. Memasuki tahap penerimaan norma kolektif
(generalized other) ini, seseorang mulai paham tentang arti penting peraturan,
tata tertib, undang-undang, dan sejenisnya. Kemampuan menjalin hubungan kerja
sama dengan orang lain pun semakin sempurna. sehingga seseorang yang mencapai
tahap ini layak menjadi warga masyarakat yang sesungguhnya.
BENTUK INTERAKSI SOSIAL
Seperti yang Anda tahu
bahwa untuk melakukan interaksi sosial dibutuhkan kontak dan komunikasi Di mana
hasil dari kontak dan komunikasi yang dilakukan oleh setiap orang tidak akan
selalu sama seperti yang diinginkan. Hal ini dikarenakan reaksi setiap orang
terhadap aksi yang diberikan tidaklah sama. Di mana interaksi sosial yang
sesuai dengan harapan akan menghasilkan hal positif, sedangkan di sisi lain
jika hasil yang diharapkan tidak sesua. maka akan menyebabkan hal negatif
seperti pertentangan.
Oleh karena itu, bentuk interaksi
sosial dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut.
a. Bentuk interaksi asosiatif
Interaksi sosial yang bersifat asosiatif ini merupakan
hubungan yang mengarah atau sifatnya menyatukan sehingga terwujud kebersamaan,
persatuan, dan kerja sama. Proses ini terjadi apabila seseorang atau sekelompok
orang melakukan suatu interaksi Sosial yang memiliki kesamaan pandangan dan
tindakan sehingga mengarah kepada kesatuan pandangan.
Bentuk interaksi sosial yang bersifat asosiatif, sebagai
berukut.
1) Kerja sama
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan
atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Charles H Cooley, kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa
mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan
mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk
memenuhi kepentingan tersebut.
Kerja sama yang terjadi dalam ilmu sosiologi dapat
digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a) Kerja sama langsung (direct
cooperation), yaitu kerja sama yang terjadl karena adanya perintah dari atasan
atau penguasa.
b) Kerja sama kontrak (contractual
Cooperation), yaitu kerja sama atas dasar peraturan atau perjanjian tertentu.
c) Kerja sama tradisional (traditional
cooperation), yaitu bentuk kerja sama sebagai bagian atau unsur dari sistem
sosial.
Seseorang tidak akan melakukan kerja sama tanpa suatu alasan.
Misalnya saat Anda melakukan gotong royong di desa. Anda tidak mungkin membersihkan
desa sendirian, bukan? Untuk itu, Anda dan warga sekitar bersama-sama
membersihkan desa. Gotong royong tersebut merupakan wujud dari kerja sama.
Di mana faktor yang dapat mendorong terjadinya kerja sama,
antara lain:
a) Adanya keuntungan pribadi.
b) Adanya tujuan bersama.
c) Kewajiban situasional, misalnya
membela tanah air karena adanya musuh bersama.
d) Keinginan untuk mencapai suatu hasil
yang lebih besar.
e) Motif untuk mendorong orang lain.
Bentuk kerja sama dapat
dilakukan antara individu dengan individu ataupun dengan kelompok terdiri
dengan berbagai bentuk. Adapun berbagai bentuk kerja sama yang dapat dilakukan
untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan, sebagai berikut.
a) Kerukunan
Kerukunan adalah hidup berdampingan secara damai dan
melakukan kerja sama secara bersama-sama. Kerukunan dapat ditunjukkan dari
kegiatan kerja bakti yang dilakukan warga atau secara bergiliran melakukan
ronda untuk menjaga keamanan kampung. Kerukunan pada intinya mencakup gotong
royong dan tolong menolong.
b) Tawar-menawar (bargaining)
Tawar-menawar adalah bentuk perjanjian mengenai pertukaran
barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
c) Kooptasi
Kooptasi adalah kerja sama dalam bentuk mau menerima pendapat
atau ide orang atau kelompok lain. Hal itu diperlukan agar kerja sama dapat
berlanjut dengan baik.
d) Koalisi
Koalisi adalah bentuk kerja sama antara dua organisasi atau
lebih yang mempunyai kesamaan tujuan. Koalisi dilakukan agar memperoleh hasil
yang lebih besar.
e) Joint venture
Joint venture adalah bentuk kerja sama yang dilakukan oleh
beberapa perusahaan. Dengan joint venture diharapkan hasil atau keuntungan yang
diperoleh dari sebuah usaha akan lebih besar.
2) Akomodasi (accomodation)
Menurut Kimball Young
kata akomodasi memiliki dua pengertian. Pertama, akomodasi menunjuk pada suatu
keadaan yang artinya suatu kenyataan adanya keseimbangan dalam berinteraksi
yang dilandasi dengan nilai dan norma yang ada. Kedua, akomodasi sebagai
proses. Sebagai proses, akomodasi mengarah pada usaha-usaha manusia untuk
meredakan suatu pertentangan dalam rangka mencapai keseimbangan. Dengan
demikian, akomodasi dapat diartikan keseimbangan interaksi sosial dalam
kaitannya dengan norma dan nilai yang ada di masyarakat dan juga merupakan
suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan.
sehingga pihak lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
Akomodasi dalam kehidupan sosial memiliki tujuan, sebagai
berikut.
a) Mengurangi pertentangan antara orang
perorangan atau kelompok akibat adanya perbedaan paham.
b) Mencegah meledaknya suatu
pertentangan dalarn sementara waktu yang memungkinkan kerja sama antara
kelompok-kelompok sosial sebagai akibat faktor social, psikologis, dan budaya.
c) Memungkinkan terwujudnya kerja sama
antara kelompok-kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat
faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan.
d) Mengusahakan peleburan antara
kelompok sosial yang terpisah.
Akomodasi yang terjadi dalam kehidupan memiliki berbagai
bentuk. Adapun bentuk bentuk akomodasi tersebut, antara lain:
a)Paksaan (coercion) merupakan bentuk
akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya unsur paksaan. Paksaan
merupakan bentuk akomodasi dengan salah satu pihak berada dalam keadaan yang
lemah dibandingkan dengan pihak lawan.
b) Kompromi adalah bentuk akomodasi di
mana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai
suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
c) Pada mediasi hadirnya pihak ketiga
hanya sebagai penasihat belaka. Tugas pihak ketiga adalah memberi nasihat agar
para pihak yang bertikai menemukan penyelesaian untuk selanjutnya melakukan
perdamaian.
d) Konsiliasi adalah suatu usaha
mempertemukan keinginan-keinginan dari pihakpihak yang berselisih demi
tercapainya suatu tujuan bersama.
e) Toleransi merupakan bentuk akomédasi
yang tidak mempunyai persetujuan secara formal, tetapi masing-masing pihak
saling menghormati dan menghargai pendapat masingmasing.
f) Arbitrase adalah suatu cara yang
ditempuh untuk menuju kompromi apabila pihakpihak yang bertentangan tidak dapat
mencapainya sendiri, selanjutnya mencari pihak ketiga yang telah dipilih dan
disetujui oleh kedua pihak yang sedang konflik. Pada dasarnya arbitrase
merupakan kelanjutan dari kompromi yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang
sedang melakukan pertentangan. Dengan menunjuk pihak ketiga yang menjadi
arbitrator, maka kedua belah pihak harus menerima keputusan yang dibuat.
g) Stalemate merupakan bentuk akomodasi,
di mana pihak-pihak yang sedang konflik mempunyai kekuatankekuatan seimbang,
kemudian kedua pihak tadi berhenti pada suatu titik tertentu dalam
pertimbangannya. Setelah diamati, kedua pihak yang sedang konflik itu tidak ada
tanda-tanda akan maju atau mundur.
h)Keputusan pengadilan (ajudikasi)
adalah penyelesaian perselisihan melalui jalan pengadilan. Hal ini dilakukan
karena kedua belah pihak mengalami kesulitan mencari jalan damai.
3) Asimilasi
Asimilasi merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang
perorangan atau kelompok-kelompok manusia.
Dalam proses asimilasi, setiap orang mengidentifikasi dirinya
dengan kepentingan-kepentingan serta tujuan kelompok. Proses asimilasi dapat
dengan mudah terjadi melalui beberapa cara. antara lain dengan sikap toleransi.
sikap saling menghargai orang lain dan kebudayaannya. sikap terbuka dari
penguasa. persamaan dalarn
unsur-unsur kebudayaan, perkawinan campuran, dan adanya musuh
bersama dari luar. Budaya Betawi merupakan asimilasi dari berbagai kebudayaan,
baik Tiongkok, Jawa. Portugis, dan islam.
Proses asimilasi tidak terjadi begitu saja. Akan tetapi.
proses asimilasi bisa terjadi bila terdapat hal-hal berikut.
a) Adanya keiompok-keiompok manusia yang
berbeda budayanya.
b) Adanya pergaulan antara manusia yang
memiliki perbedaan.
c) Adanya penyesuaian budaya antara dua
kelompok yang berbeda.
Asimilasi yang terjadi dalam masyarakat dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Di mana ada faktor yang mendorong. tetapi juga ada faktor yang
menghambat. Beberapa faktor yang dapat mempermudah dan mendorong jalannya
asimilasi, antara lain:
a) Toieransi.
b) Sikap menghargai orang asing dan
kebudayaannya.
c) Kesempatan di bidang ekonomi yang
seimbang.
d) Sikap terbuka dan golongan yang
berkuasa dalam masyarakat.
e) Kesamaan dalam berbagai unsur
kebudayaan.
f) Perkawinan campuran (amalgamation).
g) Adanya musuh bersama dari luar.
Adapun faktor yang
menghambat proses asimilasi, sebagai berikut.
a) Terisoiasi kehidupan suatu golongan
tertentu dalam masyarakat.
b) Kurangnya pengetahuan mengenai
kebudayaan yang dihadapi.
c) Adanya perasaan takut terhadap
kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi.
d) Perasaan bahwa suatu kebudayaan
golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi dibandingkan dengan kebudayaan
golongan atau kelompoknya.
e)Daiam batas-batas tertentu, perbedaan
warna kulit atau perbedaan ciri-ciri fisik
f) Adanya suatu perasaan yang kuat
sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang
bersangkutan (in-group feeling).
g) Apabila golongan minoritas mengalami
gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa.
h) Munculnya perbedaan kepentingan yang
kemudian ditambah dengan pertentanganpertentangan pribadi.
4) Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial di mana suatu kebudayaan
menerima unsur-unsur dari suatu kebudayaan lain tanpa menyebabkan hilangnya
bentuk kepribadian sendiri. Di mana dengan semakin berkembangnya zaman, maka
akulturasi antarbudaya yang satu dengan yang Iainnya tidak mungkin dapat
dihindari. Dalam akulturasi, unsur-unsur kebudayaan asing lambat laun diterima
dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian
kebudayaan itu sendiri.
Contoh akulturasi yang mudah ditemui ialah dalam perbauran
kebudayaan HinduBuddha dan kebudayaan Islam dengan kebudayaan asli Indonesia.
Di mana bentuk akuiturasi tersebut telah terjadi sejak zaman dahulu. Dengan
kedatangan bangsa india yang membawa agama Hindu-Buddha kemudian bercampur
dengan kepercayaan masyarakat indonesia sehingga melahirkan berbagai upacara
keagamaan. Bentukbentuk akulturasi yang masih ditemukan saat ini misalnya upacara
sekaten, grebek maulid. dan sebagainya.
b. Bentuk interaksi disosiatif
Bentuk interaksi disosiatif berlawanan dengan bentuk
asosiatif. Di mana dalam bentuk interaksi ini, tidak terjadi kerja sama dan
justru terjadi pertentangan.
Adapun bentuk dari interaksi disosiatif, sebagai berikut.
1) Kontravensi (contravention)
Pada hakikatnya kontravensi merupakan suatu bentuk proses
sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian.
Kontravansi adaiah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang orang lain atau
unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. yang dapat berubah menjadi kebencian.
tetapi tidak sampai pada pertentangan atau pertikaian. Secara umum. bentuk
kontravensl meliput] penolakan, keengganan, perlawanan. perbuatan menghalang halangi,
protes, dan mengecewakan rencana pihak lain.
Menurut Leopold Van
Wina. dan Howard Bechor ada lima
bentuk kontravensi, sebagaibenkut
a) Kontravensi umum. meliputi perbuatan
perbuatan seperti penolakan, keengganan, perlawanan. menghalang-halangl, protes
gangguan-gangguan, kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain.
b) Kontravensi sederhana, seperti
menyangkal pernyataan orang lain di muka umum memakimaki melalui surat-surat,
selebaran, mencerca, memfitnah, dan melemparkan beban pembuktian kepada pihak
lain.
c) Kontravensi intensif seperti
penghasutan, menyebarkan desasdesus, dan mengecewakan pihak lain.
d) Kontravensi rahasia, umpamanya
mengumumkan rahasia pihak lain dan mengkhianatinya.
e) Kontravensi taktis, misalnya
mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan pihak lain.
2) Persaingan atau kompetisi
Persaingan adaiah proses sosial di mana individu atau
kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui suatu bidang kehidupan
yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum, dengan cara menarik
perhatian publik atau mempertajam prasangka yang ada, tanpa menggunakan ancaman
atau kekerasan.
Persaingan dalam kehidupan sosial memiliki berbagai fungsi,
sebagai berikut.
a) Sebagai penyalur keinginan dari orang
perorangan atau kelompok-kelompok untuk mencapai prestasi.
b) Media untuk mengadakan seleksi
sosial.
c) Sebagai jalan agar nilai dan sesuatu
yang terbatas serta diperebutkan banyak orang dapat diperebutkan secara baik.
d) Alat untuk menyaring warga dalam
mengerjakan tugas-tugas sehingga terjadi pembagian tugas yang sesuai dengan
kemampuannya.
Persaingan berlangsung
dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut adalah bentuk-bentuk persaingan.
a) Bentuk persaingan berdasarkan jumlah
pelakunya Berdasarkan pelakunya, bentuk persaingan dibedakan menjadi dua,
yaitu:
(1) Persaingan yang bersifat perorangan
Persaingan yang bersifat perorangan merupakan persaingan
langsung antarperorangan yang berlomba memperebutkan kedudukan yang lebih
tinggi. TIpe ini disebut rivalry.
Contohnya, Deni dan Dion bekerja di perusahaan yang sama
dengan jabatan yang sama. Dalam melakukan pekerjaannya, keduanya bersaing untuk
menunjukkan hasil kinerja yang paling baik, sehingga diharapkan akan
mendapatkan jabatan yang lebih tinggi dari yang lain.
(2) Persaingan yang bersifat kelompok
Persaingan yang bersifat kelompok bertujuan untuk saiing
mempertahankan identitas grupnya. Misal persaingan antara dua perusahaan
penghasil produk yang sama dalam menjaga mutu produksinya agar mendapat
kepercayaan konsumen.
b) Bentuk persaingan berdasarkan
bidangnya Bentuk persaingan dilihat dari bidangnya, yaitu:
(1) Persaingan ekonomi, contohnya perang
iklan menawarkan produk, baik di media massa cetak maupun elektronik dan persaingan
memperoleh pekerjaan.
(2) Persaingan kebudayaan, contohnya
persaingan antara tontonan tradisiona| seperti wayang orang dan fIIm-film di
bioskop.
(3) Persaingan kedudukan dan peranan,
misalnya persaingan antara para calon gubernur dan wakil gubernur dalam
pilkada.
(4) Persaingan ras, misalnya persaingan
antara orang kulit putih dan orang kulit hitam yang pernah terjadi di Afrika
Selatan.
3) Konflik atau pertentangan
Interaksi sosial dalam bentuk pertentangan atau pertikaian
terjadi jika masing-masing pihak yang sedang mengadakan interaksi, tidak menemukan
kesepahaman mengenai sesuatu, kemudian berlanjut menjadi adu kekuatan, lalu
timbul adanya pertentangan atau pertikaian. Pertentangan atau pertikaian
tersebut dapat bersifat sementara atau terus-menerus.
Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial
ketika individu atau kelompok berusaha memenuhi suatu hal dengan jalan
menentang pihak lain disertai dengan ancaman atau kekerasan.
Penyebab terjadinya konflik, antara lain:
a) Perbedaan pendirian, perasaan antara
orang perorangan atau kelompok.
b) Perbedaan tingkat kebudayaan.
c) Perbedaan yang menyangkut
kepentingan.
d) Perbedaan yang terjadi karena adanya
perubahan sosial.
Pertikaian atau
pertentangan yang terjadi di dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi beberapa
kelompok, sebagai berikut.
a) Pertentangan pribadi Pertentangan
pribadi merupakan konflik antarindividu atau perorangan, apabila sejak lama
menunjukkan sifat hubungan yang buruk, selanjutnya saling timbul rasa benci,
bahkan saling memusnahkan.
b) Pertentangan ras Ras menunjukkan
ciriciri fisik (tubuh) yang bersifat turuntemurun. Adanya perbedaan ras
terkadang dapat membedakan bentuk kebudayaan dan dapat Juga membedakan
kepentingan yang menimbulkan konflik.
c) Pertentangan politik Politik sangat
erat hubungannya dengan kekuasaan dan wewenang pada struktur pemerintah baik
secara individu atau kelompok antarkelompok politik terjadi perbedaan ideologi
yang menyebabkan konflik.
d) Pertentangan dalam tingkat
internasional Pertentangan dalam tingkat internasional merupakan bentuk konflik
masalahmasalah yang bersifat bilateral antarnegara sehubungan adanya perbedaan
kepentingan masing-masing negara.
e) Pertentangan antarkeias sosial
Konflik yang bersifat antarkeias sosial sering terjadi di masyarakat. Hal ini
dapat terjadi karena perbedaan kepentingan dan tujuan.
Pertentangan yang terjadi
dalam interaksi sosiaI-tidak selamanya mengakibatkan dampak yang buruk,
meskipun pertentangan dapat menjadi suatu alasan terjadinya perpecahbelahan.
Berikut hal-hal yang
dapat terjadi karena adanya pertentangan.
a. Tumbuhnya solidaritas in group.
b. Goyah dan retaknya persatuan
kelompok.
c. Perubahan kepribadian.
d. Kerugian harta benda dan jatuhnya
korban manusia
e. Akomodasi dan dominasi.
Comments
Post a Comment